Selasa, 17 Januari 2012

PENYAKIT KELAMIN



 








                ( Gbr    : Syphilis )

SYPHILIS DAN GONORRHOEA

Syphilis dan gonorrhoea (GO) termasuk dalam golongan penyakit infeksi bakteri di alat kelamin yang terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit akibat hubungan seks (PHS) adalah sekelompok penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai kuman (bakteri, virus atau parasit ). Cara penularannya terutama (namun bukan satu-satunya) melalui hubungan seks. Penderita umumnya adalah mereka yang tidak mengunakan kondom ketika berhubungan seks melalui anus, atau mempunyai pasangan seks lebih dari satu. Lebih buruknya lagi adalah pasangan seks dapat tertular hanya dari satu kali berhubungan. Syphilis dan GO berbeda dalam hal kuman penyebab infeksi, tanda dan gejala yang muncul serta komplikasi yang ditimbulkannya. Kabar baiknya adalah keduanya dapat disembuhkan dengan antibiotik yang tepat.
SYPHILIS
Penyakit yang juga dikenal dengan istilah raja singa ini disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum. Meskipun dikenal sebagai penyakit akibat hubungan seks, sebenarnya syphilis juga dapat ditularkan melalui:
* Transfusi darah dan penggunaan jarum suntik bersamaan yang sudah tercemar bakteri Treponema pallidum.
* Kontak langsung dengan luka penderita.
* Berciuman bibir dengan penderita.
* Darah wanita hamil kepada janin yang dikandungnya.
Gejala khas syphilis adalah adanya luka pada alat kelamin pria atau wanita yang mungkin tidak terasa sakit. Luka muncul kira-kira 3 minggu setelah melakukan hubungan seks. Kadang-kadang luka juga ditemukan di:
* Anus: jika berhubungan seks melalui anus (anal sex)
* Lidah atau bibir: jika berhubungan seks melalui mulut (oral sex)
* Luka pada alat kelamin umumnya disertai dengan adanya pembengkakan kelenjar getah bening yang ada dilipatan paha.
Jika gejala tidak diobati dengan benar, luka seolah-olah sembuhsendiri, namun 2 – 4 minggu kemudian akan muncul kembali disertai dengan:
* Pemerahan dan bengkak di telapak tangan / kaki
* Demam
* Rasa letih dan lesu
* Sakit ketika buang air kecil
* Pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar ketiak dan rahang bawah.



















        ( Gbr    : Penyakit Bisul Pada Alat Kelamin )
Bisa Mengganggu Persalinan

Jika jumlah bisul hanya satu kemudian diobati secara baik dan benar, tidak akan mengganggu kehamilan. Yang ditakutkan adalah bila bisul jumlahnya lebih dari satu dan kemudian menimbulkan peradangan yang lebih luas, akan menyebabkan pembengkakan yang hebat. Dampaknya, hal ini akan mengganggu proses persalinan secara normal (bila kehamilan Moms

Bisul yang tidak diobati dengan baik, bisa memengaruhi janin yang ada di dalam kandungan. Kok bisa? Itu karena kuman penyebab bisul tersebut masih dapat menyebar melalui alirah darah, lalu masuk ke aliran darah janin.

Kemungkinan Komplikasi

Bila bisul jumlahnya lebih dari satu dan hanya didiamkan saja tentunya dapat menimbulkan banyak komplikasi, antara lain:
- Peradangan di kulit yang semakin parah, dapat terjadi abses, lebih dalam lagi dapat menimbulkan selulitis (peradangan jaringan kulit dan lemak), penyebaran bisul di tempat lain dan penyembuhan luka yang meninggalkan parut.
- Penyebaran kuman ke seluruh tubuh melalui darah sehingga menyebabkan infeksi baik pada otak, jantung, jaringan tulang, peradangan sumsum tulang belakang, dan sepsis.

Akibat Trauma pada Kulit

Lalu, kok bisa muncul di seputar kemaluan? Daerah kemaluan bisa disebut sebagai area yang selalu kotor karena merupakan area saluran pembuangan tubuh yang dipenuhi dengan bakteri dan jamur.

Bisul pada daerah kemaluan umumnya timbul akibat kulit mengalami trauma/lecet. Penyebabnya beragam, bisa disebabkan oleh pencukuran rambut kemaluan, lecet akibat aktivitas seksual, iritasi akibat pemakaian bahan-bahan kimia tertentu pada daerah sekitar kemaluan, dan lain-lain. Adanya kulit yang lecet memudahkan bakteri dan jamur masuk ke dalam jaringan kulit yang lebih dalam dan menimbulkan infeksi.

Perawatan Organ Intim

Oleh karena itu, alangkah penting bagi Moms untuk selalu menjaga kebersihan pada daerah kewanitaan. Umumnya, wanita hamil sering mengeluhkan terjadinya keputihan dan seringnya buang air kecil.

Nah, pastikan selalu menjaga kebersihan daerah kemaluan setiap habis buang air kecil dan besar. Jangan lupa, arah cebok dilakukan dari arah depan ke arah belakang. Sebab hal ini efektif untuk menanggulangi infeksi dari mikroorganisme yang berasal dari dubur.

Bila celana menjadi lembab dan basah maka gantilah dengan celana yang bersih dan kering. Gunakanlah celana dalam dari katun yang menyerap keringat. Serta hindari pembersih vagina, sebaiknya bersihkan vagina dengan air mengalir yang bersih. sudah mendekati persalinan) karena jalan lahir akan tertutup.















                ( Gbr    : Vaginistis )

Vaginosis Bakterial
Di Amerika Serikat, bakterial vaginosis merupakan penyebab vaginitis yang terbanyak, mencapai sekitar 40 sampai 50% dari kasus pada perempuan usia reproduksi. Infeksi ini disebabkan oleh perkembangbiakan beberapa organisme, termasuk di antaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus species, Mycoplasma hominis dan Peptostreptococcus species.
Menentukan angka prevalensi bakterial vaginosis adalah sulit karena sepertiga sampai dua pertiga kasus pada perempuan yang terkena tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Selain itu, angka prevalensi yang dilaporkan bervariasi menurut populasi. Bakterial vaginosis ditemukan pada 15-19% pasien-pasien  rawat inap bagian kandungan, 10-30% ibu hamil dan 24-40% pada klinik kelamin.
Walaupun angka prevalensi bakterial vaginosis lebih tinggi pada klinik-klinik kelamin dan pada perempuan yang memiliki pasangan seks lebih dari satu, peran dari penularan secara seksual masih belum jelas.  Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengobati pasangan dari perempuan yang menderita bakterial vaginosis tidak memberi keuntungan apapun dan bahkan perempuan yang belum seksual aktif juga dapat terkena infeksi ini. Faktor risiko tambahan untuk terjadinya bakterial vaginosis termasuk pemakaian IUD, douching dan kehamilan.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa bakterial vaginosis adalah faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini dan kelahiran prematur. Pengobatan unfeksi ini selama kehamilan menurunkan risiko tersebut. Akibat buruk lain termasuk di antaranya adalah peningkatan frekuensi hasil Papanicolaou (Pap) smears abnormal, penyakit radang panggul (PRP) dan endometritis. Selulitis vaginal, PRP dan endometritis dapat terjadi jika perempuan menjalani prosedur ginekologis yang infasif ketika sedang menderita bakterial vaginosis.
Kandidiasis Vulvovaginal
Kandidiasis vulvovaginal adalah penyebab vaginitis terbanyak kedua di Amerika Serikat dan yang terbanyak di Eropa. Sekitar 75% dari perempuan pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal suatu waktu dalam hidupnya, dan sekitar 5% perempuan mengalami episode rekurensi. Agen penyebab yang tersering (80 sampai 90%) adalah Candida albicans. Saat ini, frekuensi dari spesies non-albicans (misalnya, Candida glabrata) meningkat, mungkin merupakan akibat dari peningkatan penggunaan produk-produk anti jamur yang dijual bebas.
Faktor risiko untuk terjadinya kandidiasis vulvovaginal sulit untuk ditentukan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko untuk terinfeksi penyakit ini meningkat pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, diaphragma dan spermicide, atau IUD. Faktor risiko yang lain termasuk melakukan hubungan seksual pertama kali ketika umur masih muda, melakukan hubungan seks lebih dari empat kali per bulan dan oral seks. Risiko kandidiasis vulvovaginal juga meningkat pada perempuan dengan diabetes yang sedang hamil atau minum antibiotik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar